Berita  

82 Siswa Pusing Usai Makan Ikan, Dirawat di RSUD Bajawa 

www.pencarifakta.com.ǁNTT,30 November 2025-Ratusan anak di Kabupaten Ngada dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bajawa diduga akibat keracunan Makan Bergizi Gratis.

Pantauan Pos Kupang, Rabu (26/11/2025), ratusan anak SD tersebut memenuhi UGD RSUD Bajawa dalam kondisi deman, kepala pusing dan ada yang kejang-kejang. 

UGD RSUD Bajawa juga didatangi orangtua siswa. Para orangtua terlihat panik dan melihat kondisi anak mereka masing-masing.

Siswa-siswi tersebut berasal dari SD Katolik Regina Pacis Bajawa dan SDI Watu Rutu, Kelurahan Lebi Jaga, Kecamatan Bajawa. Tampak petugas medis sibuk dan sigap melayani para siswa-siswi tersebut.  Sejumlah anak berteriak kesakitan. 

Sementara anak-anak lain yang mendapatkan perawatan di rumah masing-masing diajurkan untuk datang di RSUD guna melakukan pengecekan kesehatan mereka.

Jumlah siswa yang terdampak masing-masing terdiri dari 59 siswa SD Katolik Regina Pacis Bajawa dan 23 siswa dari SDI Waturutu. Jadi total keseluruhannya mencapai 82 siswa. Sementara itu, lima siswa lainnya masih dalam pemantauan lanjutan.

Kepala SPPG Kabupaten Ngada, Randy Lalu menjelaskan, pihak RSUD masih melakukan pemeriksaan mendalam sebelum memastikan penyebabnya. Sampel makanan telah diambil dan akan dikirim ke laboratorium di Sikka.

“Kami belum bisa menyimpulkan, hasil akan dibawa ke lab di Sikka. Tetapi dugaan kami ini ada keracunan ikan,” ujar Randy saat ditemui di RSUD Bajawa.

Randy menerangkan, ikan yang dikonsumsi siswa berasal dari dapur MBG Bogenga, Kecamatan Bajawa, dengan menu ikan tuna dan anakan tongkol. “Hari ini menu yang mereka konsumsi ikan jenis tuna. Namun, kami masih mengecek lebih lanjut apakah semua tuna atau termasuk anakan tongkol,” tambahnya.

Dapur SPPG Bolonga, Kecamatan Bajawa yang memasok makanan tersebut berada di bawah Yayasan Mutiara Karya Permai dan melayani 1.280 penerima manfaat pada 10 sekolah, mulai dari TK, SD hingga SMP di Kota Bajawa.

Ikan dari Riung

Ahli gizi Dapur Bolonga, Maria Yolanda Aleksandria Maun, mengatakan indikasi awal terjadinya dugaan keracunan makanan mengarah pada kualitas ikan dari suplayer tangan pertama, terutama pada bagian penyimpanan.

“Kemungkinan dugaan itu berasal dari suplayer tangan pertama. Tempat penyimpanan yang tidak steril yang bisa menyebabkan ikan menjadi gatal,” ujar Maria.

Ia menjelaskan, ikan diterima dari pemasok pada Selasa pukul 16.25 Wita, dan langsung dibersihkan. Pihaknya telah melakukan pemeriksaan tekstur luar sebelum proses pengolahan.

Sebelum disuplai ke sekolah tambahnya, pihak dapur juga melakukan uji organoleptik (Hedonik) terhadap bahan makanan.  “Hasil pengujian kami hari ini menghasilkan poin 4, artinya ‘suka’. Ada empat indikator yakni: tidak suka, kurang suka, suka, dan sangat suka,” jelasnya.

Maria menyebut, menu MBG pada hari kejadian menggunakan ikan tuna yang didatangkan dari Riung. Ikan diolah dengan cara digoreng menggunakan campuran tepung terigu.

“Dapur mulai memasak sekitar pukul 04.00 Wita. Kami tunggu sebelum proses menggoreng. Menggoreng satu  persatu atau selesai digoreng baru masukkan yang lain dan tetap dalam kondisi fresh,” ungkapnya.

Dapur Bolonga mulai beroperasi sejak 3 November 2025, dan telah melayani 10 sekolah dengan total 1.280 siswa, yang terdiri dari:

TK (4 sekolah): TK Recis, TK Bogenga, TK Ngora Nale, Kober Jawa Sale Watu Tura. SD (5 sekolah): SD Recis, SD Watu Tura, SD Waturutu, SD Bogenga, SD Ngora Nale.

Total tenaga kerja dapur mencapai 48 orang, bekerja dalam sistem shift pukul 19.00–07.00 Wita.
Maria juga menjelaskan, dapur telah memetakan siswa dengan alergi tertentu. “Khusus anak yang alergi telur, kami gantikan dengan ayam. Menu ikan tuna biasanya disajikan setiap hari Rabu,” ujarnya.

Menu dapur Bolonga terdiri dari unsur hewani (ikan, ayam, telur) dan nabati (tempe, tahu). (cha).

Sedang Dilakukan Investigasi

Wakil Bupati Ngada, Bernadinus Dhey Ngebu menyampaikan keprihatinan dan menyesali terjadinya insiden dugaan keracunan MBG yang menimpa siswa di dua sekolah dasar di Kabupaten Ngada.

“Situasi ini memang tidak mengenakkan. Kami Pemerintah Kabupaten Ngada sangat menyesali hal ini bisa terjadi. Kita mengakui adanya kelemahan dari pihak-pihak yang berurusan dengan MBG ini,” tegas Wabup Bernadinus , Rabu (26/11/2025).

Ia menegaskan, pemerintah telah mengambil langkah cepat untuk mencegah kejadian serupa. Langkah pertama adalah menghentikan sementara operasional dapur penyedia makanan sambil menunggu investigasi mendalam.

“Kami menyurati semua pihak terkait dalam SPPG untuk menghentikan sementara dapur sambil kita investigasi penyebab kejadian ini. Karena sekarang semua pihak mengambil kesimpulan sendiri-sendiri. Ada yang menduga dari makanan, proses penyajian tahu-tempe, atau lauk yang disajikan untuk anak-anak,” jelasnya.

Wabup menyebutkan,  proses investigasi akan melibatkan seluruh unsur terkait. “Mulai dari suplayer, pengelola dapur, ahli gizi, tenaga kesehatan, kepala SPPG maupun koordinator wilayah semua akan kita libatkan,” ujarnya.

Menurutnya, kelalaian menjadi faktor utama yang harus segera dibenahi. “Kita memberikan catatan kepada pengelola agar sungguh memperhatikan hal ini. Sesungguhnya ini karena kelalaian, dan kita harapkan ini tidak boleh terjadi lagi.”

Ia menegaskan, program MBG merupakan program pemerintah pusat yang wajib dijalankan dengan penuh kewaspadaan. “Ini program pusat, kita mesti mendukung penuh, namun tetap harus dijalankan dengan hati-hati dan mematuhi protap yang sudah ada,” katanya.

Wabup Bernadinus mengungkapkan pemerintah bersama unsur Forkopimda dan DPRD telah meninjau langsung kondisi para siswa di rumah sakit.

“Kami sudah bersama DPRD dan pimpinan perangkat daerah meninjau langsung kondisi anak-anak. Bagi anak-anak yang sudah mencicipi makanan tersebut, kami minta datang ke rumah sakit untuk diperiksa karena gejalanya bisa muncul di rumah,” tegasnya.

Ia menyebut, kejadian ini menjadi peringatan keras bagi pengelola dapur. Hal ini tidak boleh terjadi lagi. Kalau terjadi artinya ada protap yang dilanggar. “Mereka akan kita panggil untuk dievaluasi,” tegasnya.

Sebagai langkah sementara, pemerintah memutuskan menghentikan aktivitas dapur sambil memulihkan kondisi psikologis para siswa.

Jangan Belanja Keluar Daerah 

Bupati Sumba Barat Daya, Ratu Ngadu Bonnu Wulla, S.T menegaskan setiap dapur Makanan Bergisi Gratis (MBG) yang beroperasi di wilayah SBD harus belanja bahan baku seperti sayur, buah-buahan, telur ayam, ayam pedaging dan lainnya kepada kelompok tani di daerah tersebut. 

“Bila terasa tak cukup, baru berbelanja keluar daerah. Kehadiran dapur MBG harus memberikan dampak multiplier effect bagi masyarakat daerah ini,” ujar Bupati SBD, Ratu Ngadu Bonnu Wulla, S.T ketika membuka kegiatan pelatihan pewarna alami tenun  Sumba di gedung Rooluwa, Rabu (26/11/2025).

Menurutnya, program MBG adalah program sangat baik untuk membantu gizi anak-anak di daerah. 

Setiap dapur membutuhkan pasokan bahan baku seperti beras, sayur, buah, daging dan bumbu sangat banyak. “Selaku kepala daerah saya menegaskan setiap dapur MBG harus  berbelanja bahan baku di kelompok tani daerah ini,” ujarnya.

Karena itu, di hadapan puluhan ibu penenun yang mengikuti pelatihan pewarna kain tenun Sumba,  Bupati Ratu Wulla meminta menanam sayur, buah dan bumbu-bumbu di pekarangan rumah dan lahan sekitar. 

“Bila sudah berhasil baik, silahkan jual ke dapur MBG. Setiap dapur MBG wajib membelinya,” ujarnya. (pet)

Melayani 10 Sekolah
1.Dapur Bolonga 
*Mulai Beroperasi : 3 November 2025

2.Melayani 10 Sekolah 

3.Empat TK 
*TK Recis
*TK Bogenga
*TK Ngora Nale
*Kober Jawa Sale Watu Tura

4.Lima SD
*SD Recis
*SD Watu Tura
*SD Waturutu
*SD Bogenga
*SD Ngora Nale

5. Total 1.280 Siswa

6.Tenaga Kerja
*Tenaga Kerja di Dapur : 48 orang
*Bekerja Sistem Shift 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *